Geser Ke Bawah untuk baca artikel
Sosial Budaya

Terkait Suhu Udara Panas dan Musim Kemarau, EKONESIA Sebut Tak Melihat Upaya Mitigasi Pemda

47
×

Terkait Suhu Udara Panas dan Musim Kemarau, EKONESIA Sebut Tak Melihat Upaya Mitigasi Pemda

Sebarkan artikel ini

POTRET SULTENG-Beberapa pekan terakhir di bulan April 2023, sejumlah belahan dunia dilanda fenomena gelombang panas, termasuk dirasakan di Indonesia. Provinsi Sulawesi Tengah termasuk wilayah di Indonesia yang turut merasakan suhu udara panas yang lebih terik dan menyengat dari biasanya.

Berdasarkan penelusuran media ini bahwa data dari Stasiun Meteorologi Mutiara SIS Aldjufri Palu menunjukan jika Kota Palu sempat mengalami suhu udara terpanas per tanggal 19 April 2023 yaitu 37 derajat Celcius.

Sementara itu, tercatat per tanggal 24 April 2023 suhu udara Kota Palu mencapai 35,6 derajat Celcius, yang dipandang sebagai suhu udara terpanas kedua di Indonesia pada tanggal tersebut setelah Kalimantan Barat yang mencapai 35,9 derajat Celcius.

Berkenan dengan suhu udara panas yang sangat terik dan menyengat serta di luar batas normal, Direktur Yayasan Ekologi Nusantara Lestari (EKONESIA), Azmi Sirajuddin menyampaikan bahwa belum melihat adanya tindakan mitigasi dari pemerintah daerah.

“Kalau pemerintah daerah memang memiliki pemahaman responsif bencana, seharusnya sudah ada langkah-langkah mitigasi yang terukur dilakukan untuk mencegah risiko bencana akibat dampak cuaca panas dan musim kemarau ekstrim,” ujarnya dalam keterangan, Minggu (30/4/2023).

EKONESIA menyarankan, setidaknya harus ada tindakan responsif yang dilakukan, misalnya mempersiapkan cadangan sumber air di tempat-tempat yang memungkinkan dijangkau oleh masyarakat. Karena krisis persediaan air bersih dapat terjadi sewaktu-waktu jika fenomen suhu udara panas ekstrim berlanjut.

Selain itu, EKONESIA juga menghimbau kepada pemerintah daerah agar lebih proaktif memeriksa sumber-sumber air alami yang ada seperti danau, sungai, mata air, bahkan air tanah, sebagai bentuk antisipasi menghadapi kemungkinan terburuk dari fenomena cuaca panas eskrim yang berbarengan dengan datangnya musim kemarau yang lebih cepat.

Selain itu pula, EKONESIA menghimbau kepada masyarakat agar menampung atau menyimpan persediaan air di rumah masing-masing.

“Jika pemerintah daerah tidak responsif bencana,, masyarakat yang harus membangun sistem ketangguhan bencana di tingkat paling terkecil, yaitu di rumah,” lanjut Azmi.

Terakhir, EKONESIA menilai bahwa pemerintah daerah sama sekali belum memiliki satu konsep mitigasi bencana yang holistik. Bahkan setelah dilanda bencana alam tahun 2018 dan bencana non alam berupa pandemi Covid-19.

“Buktinya, sampai hari ini tidak satupun pernyataan keprihatinan yang disampaikan oleh pejabat pemeirntah daerah terkait fenomena suhu udara panas ekstrim yang melanda Kota Palu dan wilayah Sulawesi Tengah beberapa pekan terakhir,” pungkas Azmi.

Tinggalkan Balasan

Pemerintahan

POTRET SULTENG-Sekretaris Daerah Kabupaten Sigi Nuim Hayat menekankan bahwa pemerintah merupakan pelayan masyarakat. “Pelayan masyarakat yang wajib mengayomi dan memberikan kepuasan kepada masyarakat khususnya dalam peningkatan kualitas pelayanan publik di…