Geser Ke Bawah untuk baca artikel
Politik

Belajar Dari Pengalaman, Masyarakat Palu Harap Tak Ada Lagi Praktik Politik Uang

28
×

Belajar Dari Pengalaman, Masyarakat Palu Harap Tak Ada Lagi Praktik Politik Uang

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi.

POTRET SULTENG-Masyarakat di berbagai daerah di Indonesia seperti dikota palu dalam waktu kurang lebih tujuh bulan akan menuju pesta demokrasi atau menuju Pemilihan Umum (Pemilu) maupun Pilkada 2024 mendatang.

Diketahui, tercatat dalam sejarah ada sekitaran 12 kali pemilu yang di adakan pertama kali pada tahun 1955 dan pemilu terkhir pada 2019 silam.

Berdasarkan pengamatan media ini, berbagai peristiwa yang terjadi dalam pelaksanaan Pemilu di berbagai Daerah tersebut.

Untuk di Kota Palu sendiri terdapat beberapa kasus yang sering terjadi salah satunya, Money politic atau politik uang mungkin sudah tidak asing lagi bagi sebagian masyarakat. Hal ini sudah mendarah daging dan faktanya sering terjadi pada saat kontestasi besar seperti pemilu maupun pilkada.

Salah satu warga Kota Palu, Ivana (28) mengungkapakan, politik uang ini sering terjadi dalam pemilihan umum, meski sudah dilakuakan pengawasan yang ketat masih saja sering kecolongan.

Menurutnya, dulu ada istilah serangan fajar yang diberikan oleh oknum partai politik bersama calon yang mengikuti Pemilu.

“Yah ini sudah bukan rahasia umum lagi, nantinya itu saat menuju Pemilu pasti ada tim-tim dari Oknum partai atau caleg yang mebagikan uang dengan berbagai alasan padahal tujuan utama mereka untuk megkode mendukung pihaknya,” ungkapnya kepada kailipost.com Rabu (19/7/2023).

Ia mengakui, pengalamanya dulu pada saat pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2020 dirinya diarahkan memilih salah satu calon pilkada dengan diberikan iming-iming beruapa uang tunai.

“Dulu saya ingat sekali ada sekitaran 2 calon Pilkada yang memberikan saya sebesar Rp250 ribu yang di kasih secara bertahap,” ucapnya sembari tertawa.

Meskipun ia menerima pemberian tersebut, dirinya tetap tidak memilih dua calon tersebut.

Pasalnya, pada Pilkada 2020 silam dirinya mempunya pasangan favoritenya sendiri yang ingin di dukung. Jadi pada saat itu bisa dibilang saya bodohi adalah partai politik dan calonnya.

“Bisa dibilang calon dan partai tersebut rugikan. Mau diiming-imingkan apa pun tetap masyarakat juga punya hak untuk memilih pemimpin yang menurutnya bagus,” bebernya.

Olenya itu, ia berharap kejadian yang pernah terjadi dengan dirinya agar tidak terjadi lagi dalam Pemilu 2024 mendatang. Yang natinya bisa menghasilkan satu pemimpin yang nyata bisa mengembangakn daerah-daerah yang ada di indonesia.

Disisi lain, Anisa Balqis (25) menambahkan, sajauh ini dirinya belum pernah menemukan partai politik dan calonnya yang mengiming-imikan uang atau barang sejeninya. Jika nantinya dirinya menumukan tindakan yang seperti berbau Money Politic ia akan segerah melapaorkan ke pihak berwajib.

“Munurut saya hal tersebut tidak baik untuk di contoh. Suara kok mau di beli, ini kan hak kita sebagai warga indonesia jadi tidak ada hak campur tangan orang lain dalam memilih suatu keputusan kita,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan