PALU, POTRET SULTENG – Diepta Wana Persada melalui Program Bersama Kita Diskusi (Berisi) menggelar diskusi bertajuk “ Peduli Pengendalian Perubahan Iklim Sulawesi Tengah” di Gerai KPH Sulteng-Kompleks Dinas Kehutanan Provinsi Sulteng Jln. S. Parman No. 9 Palu, Sabtu, (23/9/2023).
Dalam kesempatan itu, Kepala Seksi Wilayah Balai PPI Wilayah Sulawesi Sollu Batara, S.Hut., MH mengatakan, saat ini iklim di dunia mengalami kondisi tidak menentu. Bahkan, sebagian ilmuan menyatakan bahwa bumi sedang mengalami realitas dari dampak perubahan tersebut.
Baca Juga: PBB Sulteng Komit Menangkan Prabowo
Dia mengatakan, sejumlah fenomena alam menunjukkan dampak serius akibat pemanasan global, mulai dari turunnya salju di Gurun Sahara, tingginya laju pencairan es di Kutub Utara dan Selatan, hingga suhu bumi yang semakin menghangat.
“Negara-negara dunia tidak diam menyaksikan bumi yang semakin rapuh. Pada 2015, sebanyak 171 negara berkomitmen untuk menghentikan peningkatan suhu bumi agar tidak lebih dari 2 derajat Celcius. Kesepakatan pencegahan perubahan iklim itu tertuang dalam Perjanjian Paris dan ditandai dengan pembentukan komitmen bersama Nationally Determined Contribution (NDC) periode 2020-2030,” ujarnya.
Baca Juga: Bupati Morut Serahkan Santunan JKM BPJS Untuk Keluarga Almarhum
Di Indonesia, kata dia, pemerintah bergerak cepat dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pengesahan Paris Agreement to the United Nations Framework Convention On Climate Change. Selain itu, pemerintah juga menetapkan target penurunan gas rumah kaca (GRK) dalam NDC Indonesia.
Rinciannya, penurunan emisi sebesar 29 persen dengan upaya sendiri dan 41 persen dengan dukungan internasional hingga 2030.
Baca Juga: Antisipasi Paham Radikal di Poso, Gubernur Sulteng Sampaikan Hal Mengejutkan
Lima tahun berlalu, lanjutnya, dunia masih belum “sembuh” dari dampak perubahan iklim. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya ekstra dengan cara-cara yang lebih jitu. Terlebih, dalam waktu bersamaan, hiruk-pikuk pengendalian pandemi Covid-19 sedang dilakukan. Langkah tersebut perlu diambil demi menciptakan dunia yang lebih bersahabat untuk generasi mendatang.
Sebab, menurut dia, permasalahan perubahan iklim juga menjadi fokus utama Presiden Joko Widodo dalam Konferensi Tingkat Tinggi Climate Adaptation Summit (KTT CAS) 2021 yang berlangsung secara virtual, Senin (25/1/2020).
Baca Juga: Dinilai Masih Ngambang, Ekonesia Desak Ketegasan Pemerintah Terkait Status KPN Donggala
“Presiden Jokowi menyerukan langkah global luar biasa untuk menangani dampak perubahan iklim. Empat langkah strategis Dalam kesempatan tersebut, Jokowi menyampaikan empat langkah strategis untuk menangani perubahan iklim,” jelasnya.
Pertama, memastikan semua negara memenuhi kontribusi nasional bagi penanganan perubahan iklim. Kedua, menggerakkan potensi masyarakat untuk bersama-sama menumbuhkan kesadaran dalam menangani dan melakukan aksi terkait dampak perubahan iklim. Ketiga, Kepala Negara juga menyerukan penguatan kemitraan global dengan memprioritaskan kerja sama peningkatan kapasitas dalam menghadapi perubahan iklim bagi negara-negara di kawasan Pasifik. Terakhir, mengajak seluruh negara untuk terus melanjutkan pembangunan hijau guna menjadikan dunia yang lebih baik.
Sementara itu, dia mengungkapkan bahwa Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, melalui NDC yang disusun pemerintah telah menyampaikan kebijakan mengenai mitigasi perubahan iklim juga diarahkan untuk mampu meningkatkan ketahanan ekonomi, ketahanan sosial dan kebutuhan dasar hidup, serta ketahanan ekosistem dan bentang Jl. Anoa I No. 97A, Tatura Utara, Palu Selatan Kota Palu – Sulteng alam.
“Apalagi, dengan luas mencapai 65 persen dari wilayah Indonesia atau 187 juta kilometer persegi, kawasan hutan menjadi salah satu sektor kunci dalam pengendalian perubahan iklim,” terangnya.
Selain itu, Ketua Divisi Program BERISI Diepta Wana Persada Nurna Ekasari S.Hut menyampaikan bahwa kegiatan ini tersebut merupakan seri diskusi yang digagas Diepta Wana Persada.
“Dalam membentuk kesadaran dan pembagian informasi kepada masyarakat Sulawesi Tengah khususnya masyarakat Kota Palu dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim,” bebernya.
Dia menyampaikan, kegiatan itu akan dilaksanakan secara berkala dengan melibatkan beberapa stakeholder terkait dengan perubahan iklim. Memuat tagline “Kepedulian Lokal untuk Kepentingan Global”.
“Kegiatan ini akan menghadirkan unsur-unsur terkait baik dari Pemerintah Pusat lewat UPT KLHK yang ada di Sulteng, Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota, akademisi, maupun praktisi lingkungan. Bahkan organisasi Perempuan peduli lingkungan akan diundang pula,” tandasnya.