PALU, POTRETSULTENG.COM — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan bahwa hingga Agustus 2024, sektor keuangan di Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) terus menunjukkan performa yang kokoh dan terkontrol, dengan pertumbuhan yang stabil.
“Sampai 31 Agustus 2024, industri jasa keuangan (IJK) di wilayah Sulteng tetap stabil dengan kinerja yang positif, likuiditas yang memadai dan profil risiko yang terjaga,” kata Kepala OJK Sulteng Triyono Raharjo dalam keterangannya di Palu, Selasa.
Ia menjelaskan bahwa pertumbuhan positif terus berlanjut di sektor perbankan, lembaga keuangan non-bank, serta pasar modal di Sulawesi Tengah. Hal ini didorong oleh upaya edukasi dan inklusi keuangan yang dilaksanakan secara berkelanjutan, serta peningkatan perlindungan konsumen yang terus menjadi prioritas.
Menurut catatan OJK, per 31 Agustus 2024, seluruh indikator perbankan menunjukkan pertumbuhan yang signifikan secara year-on-year (yoy), dengan total aset perbankan naik sebesar 18,13 persen, mencapai Rp71,94 triliun pada Agustus 2024, dibandingkan Rp60,90 triliun pada Agustus 2023.
Selain itu, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) juga mengalami pertumbuhan positif sebesar 12,19 persen, dari Rp31,41 triliun pada Agustus 2023 menjadi Rp35,24 triliun pada Agustus 2024.
Sementara itu, penyaluran kredit perbankan tumbuh sebesar 22,91 persen, dari Rp46,05 triliun pada Agustus 2023 menjadi Rp55,60 triliun pada Agustus 2024. Kualitas kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) tetap terjaga di angka 1,40 persen.
“Kinerja perbankan syariah juga terus mengalami peningkatan dengan nilai aset tercatat Rp3,31 triliun atau tumbuh sebesar 17,79 persen,” ujar Triyono.
Pada sektor pembiayaan syariah, hingga Agustus 2024, juga menunjukkan tren yang positif dengan pertumbuhan sebesar 15,75 persen, mencapai Rp2,94 triliun. Penghimpunan dana pihak ketiga di sektor ini tumbuh signifikan sebesar 36,59 persen, mencapai Rp2,24 triliun.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa perbankan tetap berkomitmen untuk mendukung pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), yang diwujudkan dalam peningkatan penyaluran kredit kepada sektor tersebut.
Pada Agustus 2024, penyaluran kredit kepada UMKM tercatat sebesar Rp16,85 triliun, tumbuh sebesar 12,63 persen, dengan NPL yang tetap terkendali di angka 2,64 persen, masih jauh di bawah batas ambang lima persen.